3 Faktor Yang Bikin Arema 'Tak Berdaya' Dalam Dua Pekan Perdana Shopee Liga 1 2019



FOKUSMALANG.COM - Arema FC tampil mengecewakan dalam dua pekan pertama Shoope Liga 1. Setelah di laga pembukaan bertekuk lutut dari tuan rumah PSS Sleman 3-1, pada partai away keduanya, Singo Edan kembali takluk dari Borneo FC dengan skor menyakinkan 2-0. Lalu apa ya yang membuat Arema FC tampil buruk seusai menjadi juara di ajang pra musim Piala Presiden 2019? 

Simak ulasan khas berikut ini:

1. Lini belakang kurang greget




Jika di Piala Presiden 2019, duet Hamka Hamzah - Arthur Cunha da Rocha tampil prima dan solid, hingga memunculkan Kapten Hamka menjadi pemain terbaik, maka di dua laga awal Shopee Liga 1 kejadiannya menjadi berbalik. 

Kedua bek tersebut tampak seperti punya kendala dalam konsentrasi dan koordinasi, khususnya di babak kedua. Seperti kala melawan PSS Sleman, selain faktor karena adanya kericuhan yang membuat pemain sulit berkonsentrasi, harus diakui bahwa tiga gol yang bersarang ke gawang Kurniawan Kartika Ajie, khususnya di babak kedua, terlihat dari lepasnya para pemain depan lawan dari penjagaan Hamka dan Arthur. 

Hal yang sama juga tampak terjadi pada laga kedua di Samarinda. Dimana dua gol Borneo FC juga bisa dibilang terjadi karena buruknya koordinasi lini bertahan Arema FC. Gol pertama, karena Hamka yang salah sapu, hingga akhirnya bola berbelok ke gawang Kartika Aji.

Begitu pula dengan gol Lerby Eliandri. Dimana para pemain belakang Arema, khususnya dua bek tengah terlambat untuk menutup pergerakan Terens Puhiri dan Lebry Eliandry sang pencetak gol. 


2. Makan Konate yang terlalu ke belakang




Dalam dua laga terakhir, tampak perubahan signifikan dalam gaya bermain dan juga posisi gelandang andalan Makan Konate. Jika di Piala Presiden Makan lebih banyak beroperasi di sepertiga depan wilayah lawan dengan bebas. Hal ini yang membuat Konate memiliki banyak peluang mencetak gol.

Namun di dua  pertandingan Shopee Liga 1 2019, Makan kini justru lebih banyak beroperasi lebih dalam sebagai playmaker murni. Hal tersebut membuat kini Makan justru jarang terllihat di lini belakang seperti sebelumnya. 

Dalam dua laga tersebut gelandang serang asal Mali tersebut, tampak lebih banyak bertindak sebagai plyamaker dan penyuplai bola untuk Sylvano Comvalius yang dipasang sebagai striker utama. Hal ini membuat Makan minim kesempatan untuk punya kebebasan dalam mencetak gol seperti di Piala Presiden 2019.



3. Comvalius sentris



Harus diakui, masuknya Comvalius dalam skuad Arema membawa perubahan signfikan dari gaya dan formasi Arema FC. Jika sebelum Sylvano masuk, Arema lebih banyak bermaind dengan false nine dengan Makan Konate, serta tiga pemain depan yang aktif di lini depan dengan bergantian meneror gawang lawan. Namun kini berubah. 

Semua pemain kini saling bergantian dan bersama - sama memberikan suport kepada Comvalius, sebagai 'pelayan', demi bisa striker asal Belanda tersebut bisa mendapat peluang terbaik dan mencetak gol. 

Sehingga penyerang - penyerang seperi Riky Kayame, Dendi Santoso dan Dedik Setiawan, lebih banyak beroperasi di sekitaran kotak penalti, bukan di dalamnya, demi membuka ruang dan peluang bagi Comvalius. 

Sayangnya, Comvalius sendiri masih dalam proses adaptasi, sehingga ia dalam dua laga juga tampak seperti sulit untuk bermain dalam satu kesatuan dengan Arema FC. Antara mantan pemain Bali United tersebut dengan rekan setimnya di Singo Edan belum mendapatkan chemistry terbaik. Tentu saja hal ini memerlukan waktu dan proses. 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »