Showing posts with label Ruang Publik. Show all posts
Showing posts with label Ruang Publik. Show all posts

Membangun Daya Saing UMKM: Kelompok KKN UNMER Bantu UMKM RW 05 dan 06 Bakalankrajan

 



Malang, 5 Maret 2024 - Kelompok 03 KKN UNMER Bakalan Krajan yang terdiri dari mahasiswa berbagai fakultas telah berhasil melaksanakan program pemberdayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di RW 05 dan 06 Bakalankrajan, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Program ini dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan ekonomi lokal dan daya saing UMKM di era digitalisasi.


Pentingnya peran UMKM dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia telah diakui oleh banyak pihak. Di Bakalankrajan, UMKM memiliki peran strategis, namun sebagian masih belum optimal dalam memanfaatkan potensi yang ada. Untuk mengatasi hal ini, kelompok KKN UNMER memberikan dukungan dengan kegiatan pendataan hingga pengenalan E-Commerce dan pendaftaran sertifikasi halal kepada para UMKM di RW 05 dan 06.


Dalam implementasi programnya, kelompok KKN UNMER melakukan beberapa tahapan utama. Mulai dari survey dengan kunjungan ke RW 05 dan 06 Bakalankrajan untuk diskusi mengenai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan memberikan solusi. Hasilnya, masyarakat menyambut positif usulan pemberdayaan UMKM. Kemudian merencanakan kegiatan berdasarkan hasil survey. Berikutnya, tim melakukan pendataan melalui google form yang disebar di masing-masing RT, dilanjutkan dengan kunjungan langsung ke UMKM untuk memastikan data akurat.


Data UMKM di RW 05 dan RW 06 Bakalan Krajan memberikan gambaran yang cukup komprehensif tentang kondisi bisnis mikro di wilayah tersebut. Dengan total 81 UMKM yang telah diidentifikasi, mayoritas dari mereka telah berjalan lebih dari 5 tahun, menunjukkan ketahanan bisnis yang baik. Dominasi bisnis di bidang makanan, kerajinan, dan minuman mencerminkan keberagaman dalam penawaran produk dan jasa.


Adanya kekurangan promosi di platform digital menawarkan peluang untuk meningkatkan visibilitas UMKM dan menjangkau lebih banyak pelanggan. Untuk mendukung adanya peluang ini, Tim KKN memberikan pengenalan E-Commerce kepada UMKM, termasuk membantu pendaftaran di platform seperti Grabfood dan Go-food; membantu UMKM yang membutuhkan untuk pembuatan video profile sebagai media untuk meningkatkan promosi produk mereka; serta mengadakan kegiatan sertifikasi halal bekerja sama dengan kelompok KKN lainnya di Balai RW 01 Bakalankrajan serta dukungan Tim Halal Center Cendekia Muslim.


Melalui kegiatan ini, diharapkan UMKM di RW 05 dan 06 Bakalankrajan dapat meningkatkan daya saingnya. Dengan teroptimalkannya penggunaan teknologi dan sertifikasi halal, diharapkan UMKM lokal dapat terus berkembang, dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di kelurahan Bakalankrajan. Program ini merupakan langkah nyata dalam mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan pemberdayaan UMKM di era digital.


Tentang Penulis:

Artikel ini disusun oleh tim dari Kelompok 03 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Merdeka Malang (UNMER) di Kelurahan Bakalan Krajan, dengan dukungan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka Malang (LPPM UNMER). Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya kami untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat di bidang pengabdian. Kelompok KKN ini terdiri dari 27 mahasiswa dari jurusan Hukum, Akuntansi, Sistem Informasi dan Manajemen yang mendapat bimbingan dari Dosen jurusan Administrasi Publik UNMER, Sajida, S.I.P., MPA. Kerjasama ini dilakukan dengan RW 05 dan RW 06 Kelurahan Bakalan Krajan Kecamatan Sukun Kota Malang sebagai mitra lokasi KKN.

Bekal untuk Sukses Akademik: Mahasiswa STAH Santika Dharma Malang Dapat Pelatihan Menulis Ilmiah

 

Di balik sorotan dunia akademik yang sering kali menyoroti hasil-hasil penelitian, ada sebuah upaya yang tak kalah penting, yaitu pengabdian masyarakat. Bertempat di Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Santika Dharma Malang, Tim Dosen Administrasi Publik Universitas Merdeka Malang menyelenggarakan sebuah kegiatan pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan menulis ilmiah dan manajemen referensi.


Kegiatan pengabdian masyarakat ini bukan hanya sekadar seminar atau pelatihan biasa. Ini adalah sebuah aktivitas yang melibatkan mahasiswa secara aktif dalam proses pembelajaran, menggali pengetahuan dan keterampilan yang mendalam tentang karya ilmiah dan manajemen referensi.


Kegiatan dimulai dengan pengenalan karya tulis ilmiah kemudian dilanjut dengan program pelatihan yang berfokus pada keterampilan menulis karya ilmiah dan manajemen referensi yang efektif. Sebelum acara ini, mayoritas peserta belum memiliki pengetahuan tentang aplikasi Mendeley, alat manajemen referensi yang umum digunakan dalam dunia akademik. Namun, setelah mengikuti pelatihan, mereka menjadi akrab dengan alat ini.


Kegiatan pengabdian masyarakat ini telah memberikan pemahaman dasar kepada mahasiswa tentang karya ilmiah, manajemen referensi, dan penggunaan tools penulisan karya ilmiah seperti Mendeley. Selama pelatihan, mahasiswa diajak untuk terlibat aktif dalam diskusi, studi kasus, dan latihan praktis.

 Mereka diberikan panduan langkah demi langkah tentang cara melakukan penulisan ilmiah yang efektif dan mengelola referensi dengan benar menggunakan manajemen referensi Mendeley. Demikian, Sebagian besar peserta merasa bahwa kegiatan ini memberikan wawasan baru atau pemahaman yang lebih dalam tentang penulisan karya ilmiah dan manajemen referensi.

Lebih dari sekadar hasil akhir, keberhasilan kegiatan ini terletak pada pengembangan keterampilan dan pemahaman mahasiswa serta peningkatan awareness dalam perkembangan teknologi pendukung penulisan ilmiah. Kegiatan ini adalah investasi dalam pendidikan tinggi, membantu mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan menulis ilmiah yang kuat dan manajemen referensi yang baik, yang akan membawa manfaat dalam perkembangan intelektual mereka dan masa depan akademik yang cerah.


Pengabdian masyarakat seperti ini adalah contoh nyata bagaimana sebuah institusi pendidikan tinggi dapat membantu mahasiswa dari berbagai lintas akademik dengan lebih dari sekadar teori, tetapi dengan keterampilan yang akan membawa mereka jauh dalam dunia akademik dan profesional.


Tentang Penulis:

Artikel ini disusun oleh tim dari Program Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka (UNMER) Malang dengan dukungan materi dan moril penuh dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka Malang (LPPM) UNMER. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya kami untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat akademik dan pendidikan. Tim penelitian terdiri dari mahasiswa dan dosen dari jurusan Administrasi Publik UNMER yang bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Santika Dharma Malang sebagai mitra pengabdian masyarakat.

Candi Karang Besuki (ꦕꦟ꧀ꦝꦶꦏꦫꦁꦧꦼꦱꦸꦏꦶ) Pesona yang Tersembunyi



Candi Karang Besuki atau Candi Vasuki merupakan candi peninggalan Kerajaan Kanjuruhan. Candi Karangbesuki terletak di sudut timur laut pemakaman umum di Dusun Gasek, Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Jaraknya sekitar enam kilometer di sebelah barat pusat kota Malang atau sekitar 500 meter di sebelah utara Candi Badut. Saat ini, kondisinya tinggal reruntuhan, hanya menyisakan struktur pondasi batu andesit berukuran 7 x 7 meter. Bangunan candi berada di lembah Kali Metro. Diperkirakan, bangunan candi setinggi 8 meter dengan posisi menghadap ke barat.

Menurut seorang sejarahwan,  Hendrik yang juga merupakan anggota PPBI, candi Karangbesuki diperkirakan telah berdiri bersamaan dengan Candi Badut, yakni sejak abad 8 Masehi. Kondisi candi berupa tumpukan bebatuan, tidak utuh, hanya tersisa kaki dan pondasi candi. Namun, bangunan candi diperkirakan setinggi 8 meter menghadap ke barat. Bersamaan dengan candi, juga ditemukan arca Resi Agastya, arca Ganesha, arca Durga dan sebuah Yoni. Arca Durga dan bagian lingga sudah hilang, sedangkan ketiga lainnya berhasil diselamatkan. Arca Resi Agastya disimpan di Museum Mpu Purwa dan arca Ganesya dipindah ke situs Watu Gong.



Candi Karangbesuki merupakan peninggalan dari kerajaan Kanjuruhan yang merupakan sebuah kerajaan Hindu yang berpusat di daerah sekitar Kota Malang. Masyarakat sekitar mempercayai bahwa Candi Vasuki bisa membawa kesejahteraan dan keselamatan pada Masyarakat. Dalam situs candi Karangbesuki ini terdapat tulisan jawa kuno yang disebut Aksara Kawi. Aksara Kawi atau Aksara Jawa Kuno merupakan bentuk aksara yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Jawa Kuno atau Bahasa Kawi dan berkembang di Nusantara pada abad VIII – XVI.

Profesor J.G. de Casparis dari Belanda, yaitu pakar paleografi atau ahli ilmu sejarah aksara, mengutarakan bahwa aksara hanacaraka itu dibagi menjadi lima masa utama, yaitu:

Aksara Pallawa Aksara Pallawa itu berasal dari India Selatan. Jenis aksara ini mulai digunakan sekitar abad ke 4 dan abad ke 5 masehi. Salah satu bukti penggunaan jenis aksara ini di Nusantara adalah ditemukannya prasasti Yupa di Kutai, Kalimantan Timur. Aksara ini juga digunakan di Pulau Jawa, yaitu di Tatar Sundha di Prasasti tarumanegara yang ditulis sekitar pada tahun 450 M. di tanah Jawa sendiri, aksara ini digunakan pada Prasasti Tuk Mas dan Prasasti Canggal. Aksara Pallawa ini menjadi ibu dari semua aksara yang ada di Nusantara, termasuk aksara hanacaraka. Kalau diperhatikan, aksara Pallawa ini bentuknya segi empat.





 Dalam bahasa Inggris, perkara ini disebut sebagai huruf box head atau square head-mark. Walaupun aksara Pallawa ini sudah digunakan sejak abad ke-4, namun bahasa Nusantara asli belum ada yang ditulis dalam aksara ini.

Seperti yang dapat dilihat pada gambar diatas, adalah gambaran pada saat Candi Karangbesuki ditemukan pada tahun 1900-an. Masih terlihat terawat dan indah sebelum tersisa reruntuhan akibat dari kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pelestarian cagar budaya.

Tentang Penulis:

Artikel ini di susun atas dasar pengabdian kami kelompok 11 KKN Universitas Merdeka Malang 2023 kepada masyarakat di RW 06 Karangbesuki. Tujuan dari artikel ini adalah memperkenalkan candi Karangbesuki serta memberikan pengetahuan sejarah mengenai candi tersebut.

KRISIS AIR dan KRISIS KOMUNIKASI


Oleh Hino Kertapati S.sos  - Tim Kontenporer Studio/ Pengurus IJTI Korda Malang Raya

PDAM atau Perumda Tugu Tirta menghadapi krisis air dalam nyaris dua bulan terakhir. Rupanya krisis yang terjadi bukan sekedar secara teknik yang memberikan dampak kepada puluhan ribu pelanggan di wilayah Kedungkandang khususnya. Namun krisis tersebut juga rupanya menjadi ‘Krisis Komunikasi’ bagi PDAM.

Kenapa bisa terjadi?  berikut analisa yang saya lakukan:

FAKTA DI LAPANGAN

Dalam kurun waktu 21 Desember 2019 (awal krisis) hingga 27 Januari, saya mengumpulkan sejumlah data, khususnya melalui pendekatan Google Search Engine yang merupakan mesin pencari yang paling digunakan audiens khususnya di Indonesia. Adapun fakta yang saya temukan sebagai berikut:

Dengan Keyword (KW) “PDAM Kota Malang”, saya menemukan 58 artikel. Dari 58 artikel tersebut, 50 diantaranya menggunakan KW (kata  - kata negatif) untuk PDAM, 8 lainnya dalam judul dan kata - kata positif. 

Referensi kata - kata negatif tersebut merujuk pada judul yang menggunakan kata yang dalam tatanan masyarakat Indonesia dinilai untuk analogi hal negatif, khususnya untuk lini khusus (niche) yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat, dan air bersih. Contohnya:
Krisis, Mati, PDAM Lamban, air macet, Pecah, Hujatan, Rusak, Bocor, tuntut….

Hal ini belum termasuk dengan kalimat judul yang menaruh PDAM dalam posisi negatif, seperti:


Sedangkan 10% berita (+) untuk PDAM, adalah judul yang memperlihatkan, bagaimana upaya dari PDAM untuk bisa menanggulangi krisis ini. Ataupun rasa terimakasih dan pengertian warga ata situasi krisis air bersih tersebut. Contohnya adalah:

https://beritajatim.com/peristiwa/perpamsi-jatim-kerahkan-11-truk-tangki-air-bantu-warga-kota-malang/




Dari 58 Artikel tersebut, porsi untuk PDAM terbilang minim. Hal tersebut belum teridentifikasi penyebabnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/01/15/14094091/pipa-pdam-bocor-21000-rumah-di-kota-malang-krisis-air-bersih?page=all








Sehingga dari pemberitaan media massa baik lokal dan nasional, citra PDAM Kota Malang masih negatif. 

UPAYA PDAM KOTA MALANG

PDAM Kota Malang sendiri, secara strategi komunikasi, sebenarnya tidak diam dalam turut menanggulangi krisis air bersih yang terjadi. 

Dalam kasus ini, PDAM Kota Malang memilih lebih melakukan optimasi dari sisi media sosial. 
Update yang dilakukan PDAM Kota Malang melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook, memang terbilang INFORMATIF dan UPDATE. Dari analisa saya, dalam masa krisis ini. media sosial yang diakui resmi oleh PDAM Kota Malang, hampir selalu melakukan update kegiatan mereka dalam penanggulangan krisis. Mulai dari perbaikan PIPA, hingga distribusi bantuan air bersih.

Bahkan banyak sekali informasi terbaru PDAM yang justru sulit atau bahkan tidak kita temukan di media massa yang terverifikasi. 

Contoh update feed IG/FB PDAM


Menariknya, informasi yang sama, justru tidak mudah ditemukan melalui media massa yang memiliki verifikasi jelas (belum ada hasil penelitian terkait, mengapa hal ini terjadi). Hal tersebutlah tampaknya yang akhirnya juga memberikan feedback negatif kepada PDAM dari masyarakat, dan membentuk opini publik negatif, bahwa PDAM lambat dan tidak maksimal dalam penanganan krisis tersebut. 
Contoh feedback negatif:


PENDEKATAN TEORITIS DAN ANALISA 

Kenapa Feedback Negatif Bisa Terjadi 

Dalam riset yang saya lakukan melalui pendekatan teori content analysis dan Mass Media 

Ditemukan bahwa PDAM Kota Malang melakukan kesalahan strategi komunikasi dalam krisis air ini. Dimana, PDAM justru terkesan menjauhi media massa. Padahal, konsumen PDAM justru  didominasi konsumen yang bersifat tradisional karena memiliki usia 40 tahun ke atas, dengan kecenderungan lebih mempercayai media massa konvensional (koran, radio, televisi) daripada media sosial. 

Dalam Teori Masyarakat Massa oleh Fredinand Tonnies, disebutkan bahwa:

“Teori masyarakat massa memandang publik sebagai masyarakat yang tidak teratur, tidak berbeda, dan tidak tahu apa-apa sehingga mudah untuk diperintah oleh para elit politik yang tidak bermoral dan yang akan memanipulasi opini publik untuk melayani kepentingan elit.”

Di sinilah PDAM yang gagal melakukan pendekatan media massa dengan baik, memang juga gagal memperbaiki dan membentuk citra positif serta melakukan reengineering terhadap opini publik masyarakat yang kini menjadi liar, tidak teratur dan berujung pencitraan negatif kepada PDAM, yang sebenarnya sudah melakukan banyak upaya nyata dalam perbaikan, namun channel yang mereka pilih untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat (media sosial) justru salah. 

Media Sosial sejatinya justru tidak diisi oleh konsumen langsung dari PDAM. Karena justru penuh dengan konsumen tidak langsung dari user PDAM. Media sosial juga punya potensi retensi tinggi, karena memberikan ruang bagi publik untuk membentuk opini mereka lewat kolom komentar. Semakin banyak komentar akan semakin banyak membentuk opini publik. Opini publik menjadi pembenar, meskipun realitanya bisa jadi tidak benar. 

PDAM seharusnya bisa menggunakan pendekatan melalui media massa. Dengan membentuk tim krisis yang selanjutnya berdampingan dengan media, untuk bisa menciptakan opini dan citra publik yang positif.

Seperti yang disampaikan praktisi Public Relation Firsan Nova dalam bukunya “PR War”, bahwa: 

Bekerja sama dengan Media merupakan salah satu saluran menanggulangi krisis

“Selama krisis, media bisa menjadi sekutu kuat dalam mendapatkan dan menyampaikan pesan anda cepat dan akurat. Hal ini dimungkinkan jika anda meluangkan waktu untuk memahami peran mereka dalam membangun hubungan yang kuat dengan merek,” (halaman 115)

Hal inilah yang justru memang tidak ditemukan dalam Krisis Air yang dialami PDAM Kota Malang. PDAM justru lebih banyak melakukan update informasi melalui saluran media sosial mereka, yang sayangnya juga belum terverifikasi dengan memiliki tanda centang biru, baik Facebook, Instagram dan Twitter. 

Gambar diatas saya tangkap pada  pukul 17.51 WIB 02/02/2020

Dimana pada waktu yang sama, sebenarnya PDAM justru sudah banyak melakukan kegiatan, namun update tersebut hanya kita bisa lihat dari media sosial bukan media massa.
Tangkapan di atas saya lakukan pada waktu yang sama, 17.53 WIB, 02/02/2020

Sangat terlihat informasi bagus tentang Dirut PDAM yang melakukan kunjungan, sama sekali tidak muncul di media massa, (online versi Google Search)


SOLUSI

  1. Seharusnya sejak awal krisis terjadi secara komunikasi dan hubungan dengan publik, PDAM bisa dengan cepat membentuk tim krisis
  2. PDAM bisa membuat grup WA dengan media, sehingga update informasi bisa diberikan secara masif kepada semua media, dengan harapan, media bisa merespon informasi tersebut menjadi berita 
  3. PDAM seharusnya bisa menyewa beberapa ruang media selama masa krisis. Khususnya media konvensional lokal (koran, radio, tv lokal) yang akan digunakan sebagai ruang membangun opini publik positif secara intens. Bentuk komunikasi bisa dilakukan dengan advetorial, pemberitaan secara kontinyu, juga dialog interaktif publik. 
  4. PDAM bisa mengurangi intensitas update di media sosial yang bisa menimbulkan ‘keriuhan’ di ruang publik dan memberikan ruang pembentukan opini negatif. PDAM seharusnya mulai intens membangun komunikasi dan membagi informasi dengan media massa dengan lebih intens, demi bisa membangun komunikasi publik yang positif. 

KESIMPULAN 

Krisis air di PDAM tampaknya tidak mendapatkan persiapan dan perencanaan krisis dengan baik. Sehingga gaya berkomunikasi PDAM tampak masih sama, sebelum dan saat terjadi krisis, berfokus mengandalkan media sosial, yang justru pada akhirnya lebih banyak memberikan feedback negatif, hingga berujung kepada pembentukan opini publik yang bertolak belakang dengan upaya dan citra perusahaan.
PDAM juga terlihat gagal untuk bisa menggandeng media massa bersama mereka. Hal ini terlihat dari analisa konten yang kami lakukan, dimana masih lebih banyak kata berkonotasi negatif  di media, serta minimnya sumber dari internal PDAM sebagai sumber berita dalam nyaris 2 bulan terakhir krisis air. 
Media Massa tidak mendapatkan porsi update informasi dan kegiatan yang sama dengan yang ada di media sosial PDAM (terkait hal ini akan ada riset lanjutan, terkait penyebabnya). 
Kondisi ini membuat opini publik negatif yang sudah beredar menjadi semakin liar, karena media massa juga tidak turut meredam. 

*tulisan dan karya ini tidak dibuat untuk menjelekkan atau menyudutkan pihak tertentu. Namun bisa menjadi pijakan untuk semua bersama melangkah lebih baik kedepannya. Terimakasih