'Cerita Cinta' Gerindra Perindo di Pilkada Tanah Air, Mungkinkah Berlanjut Ke Bhumi Arema?


FOKUSMALANG.COM - Suasana Kota Malang memang terbilang masih adem ayem jelang beberapa bulan jelang tahapan Pemilihan kepala daerah (Pilkada) pada tahun 2018 mendatang. Meskipun begitu hal tersebut tidak berlaku bagi sejumlah partai politik dan juga tokoh yang sibuk untuk mencari koalisi demi bisa memenangkan pesta demokrasi nya ‘Arek Malang’ tersebut.
Diluar PDI Perjuangan (PDIP) yang punya 11 kursi di parlemen hingga mampu untuk bisa mengajukan calon wali dan wakil walikota sendiri. Partai - partai yang lain masih harus saling lirik dan saling goda, demi bisa memantapkan koalisi untuk bisa maju dalam Pilkada Kota Malang 2018.
Namun sebenarnya diluar kekuatan parlemen yang melibatkan parpol aktif. Ada beberapa kekuatan partai non parpol yang seharusnya jadi perhatian di Kota Malang.
Sebut saja partai besutan Raja Media Hary Tanoesoedibjo, Perindo, meskipun saat ini bisa dibilang belum punya ‘kekuatan’ di parlemen karena termasuk partai baru, namun di berbagai daerah lain, Perindo justru mulai unjuk gigi dalam Pilkada. 
HT sapaan akrab Hary Tanoesoedibjo mampu mengemas langkah strategis dalam pilkada di berbagai daerah hingga akhirnya memunculkan Perindo sebagai kekuatan yang diperhitungkan.

Namun dari catatan dan data kami, ada satu benang merah yang rupanya selama ini menyatukan Perindo dalam sebuah pilkada di berbagai daerah, apakah itu? jawabanannya adala Partai Gerindra.
Entah kebetulan, atau memang ada komitmen khusus, rupa –rupanya antara Prabowo Subianto selaku Ketua Umum Gerindra dengan HT seperti selalu ‘bebarengan’ dalam banyak pilkada yang telah terjadi di Tanah Air.
Cerita ‘manis antara Gerindra dan Perindo ini tampaknya dimulai sejak perhelatan Pilkada DKI Jakarta. Dimana koalisi keduanya berakhir dengan berhasil mengantarkan pasangan Anies Baswedan Sandiaga Uno (Anies-Sandi) secara mengejutkan berhasil menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur baru, menggantikan pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot).
"Ada beberapa hal yang kami garis bawahi mengenai platform perjuangan kami kepada ekonomi akar rumput yang juga menjadi perhatian DPP Partai Perindo," ujar Sandiaga mengawali sambutanya.
Sandiaga kemudian mengucapkan terimakasih atas adanya dukungan dari Partai Perindo. Sambutannya kemudian dilanjutkan dengan Cagub Anies Rasyid Baswedan.

"Alhamdulillah meneruskan yang sudah disampaikan bang Sandi, Insya Allah kita akan meneruskan perubahan di Jakarta. Dan kita sedang bekerja untuk mengusahakan perubahan itu," kata Anies dalam sambutannya, seperti dilansir dari Okezone.com (14/03/2017)
 

Cerita lain kesuksesan Gerindra-Perindo juga terlihat dalam suksesi Gubernur Banten. Pasangan Wahidin Halilm (WH)-Andika Hazrumi. Pasangan yang diusung oleh Gerindra, Demokrat, Hanura, PAN, PKS, dan PKB, dan Golkar ini ternyata juga mendapat dukungan dari Perindo.
Liaison Officer (LO) DPW Partai Perindo Banten, Indra Abidin mengatakan, partainya mutlak terlibat dalam memenangkan pencalonan WH-Andika. Hal itu didasarkan pada penilaian kemampuan yang dimiliki oleh keduanya.

"Pak WH itu punya prestasi dan pengalaman, begitupun dengan Andika yang merupakan tokoh muda, energik, cerdas dan merakyat. Itu jadi salah satu alasan DPP Perindo mengarahkan untuk mendukungnya," kata Indra seperti dilansir dari Detik.com (15/01/2017).


Begitu juga dengan Pilgub di Jawa Barat. Seperti dilansir dari Sindonews.com, saat ini Gerindra dinyatakan terus melakukan komunikasi serius dengan Perindo untuk bisa memantapkan poros kekuatannya.
Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Barat Mulyadi mengatakan, komunikasi sudah dilakukan dengan beberapa petinggi parpol nonparlemen tersebut. Tujuannya untuk membuka kemungkinan agar parpol nonparlemen tersebut bergabung ke poros baru.

"Kita intens komunikasi dengan PKPI, kemudian juga dengan Partai Idaman, dengan Perindo saya justru sudah ketemu dengan Pak Hary Tanoe (Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo) langsung," kata Mulyadi, Senin (25/9/2017).

Komunikasi dengan parpol nonparlemen itu sengaja dilakukan. Sebab, jika jadi bergabung, parpol nonparlemen itu akan jadi kekuatan bersama poros baru untuk menatap pilgub mendatang.

Yang terbaru adalah yang terjadi di NTT. Dimana oasangan calom Esthon Foenay-Christ Rotok. Pasangan ini secara terbuka diusung oleh Koalisi Gerindra, PAN dan Perindo.
Koalisi Gerindra dan PAN pemilik kursi di DPRD NTT telah sejak awal menyatakan dukungan untuk pasangan bekas birokrat itu. Secara syarat Gerindra dengan delapan kursi dan PAN dengan lima kursi sudah memenuhi syarat minimal usungan pasangan calon, plus Perindo sebagai partai pendukung karena belum memiliki kursi di lembaga wakil rakyat itu.

Koalisi Gerinda-Perindo di Kota Malang, Mungkinkah?

Dengan segala cerita ‘cinta’ diantara dua partai tersebut, rasa – rasanya tidak berlebihan jika cerita yang sama akan diusung ke Bhumi Arema. Apalagi sebagai kota terbesar kedua di Jatim, Malang memang punya posisi yang sangat strategis dalam peta politik jelang Pemilihan umum 2019 mendatang.

Apalagi di Kota Malang, meskipun terbilang baru dan tidak memiliki kursi di DPRD, Perindo terbilang partai yang cukup dikenal dan aktif dalam banyak kegiatan di masyarakat. Tentu saja hal ini tidak lepas dari aktifnya Ketua DPD mereka Laily Fitriyah Liza Min Nelly.
Sebagai catatan, meskipun belum ada yang resmi, namun wanita yang juga pengusaha kuliner ini tampaknya sudah mendapat pinangan untuk maju ke Pilkada dari beberapa pihak, namun hingga detik ini belum ada jawaban dari Nelly. Apakah menunggu Gerindra?
Hal tersebut memang tidak lepas dari elektabilitas dan popularitas Nelly yang cukup tinggi. Sebelum didapuk sebagai Ketua DPD Perindo Kota Malang, wanita dengan dua anak ini memang dikenal sebagai aktivis sosial yang cukup aktif di berbagai kalangan. Membuatnya mudah dikenali oleh warga Malang.
Jika wacana Gerindra untuk bisa mengusung Moreno Soeprapto bisa terwujud, tampknya juga akan jadi pasangan yang menarik jika ia bisa berpasangan dengan Nelly. Moreno sebagai calon walikota dan Nelly adalah wakilnya.

Moreno jelas punya popularitas di Malang dan juga ‘power’ di pusat. Sedangkan Nelly jelas punya kekuatan di bawah dan juga popularitas di Malang yang kami kira tidak akan jauh berbeda.
Hanya saja yang menjadi kendala pasangan ini, bisa jadi karena Gerindra masih harus mencari koalisi parpol berkekuatan di parlemen lainnya. Dan parpol lain tersebut belum tentu akan memberikan restu pada pasangan ini, karena jelas mereka juga ingin mengusung kadernya sendiri.
Namun yang namannya politik tak pernah bisa ditebak. Sehingga menarik dinanti, apakah cerita ‘cinta’ Gerindra Perindo akan diusung juga ke Kota Malang?





Share this

Related Posts

Previous
Next Post »